

Saya memutuskan untuk membaca buku ini setelah menerima tugas untuk memberikan sharing Firman Tuhan yang mengangkat tema “Facing Conflict in Ministry”. Buku ini muncul sebagai bahan bacaan yang disarankan oleh berbagai search engine dan juga oleh beberapa Hamba Tuhan. Ketika melihat deskripsi buku ini di toko buku daring, saya pikir, “Ah, 168 halaman saja kok, cukup tipis untuk dibaca orang-orang yang bukan kutu buku.”
Nyatanya buku ini melebihi ekspektasi kita saat membaca judulnya, yaitu memuat pergerakan rasul-rasul Kristus di Kisah Para Rasul dengan konsentrasi lebih kepada Paulus dan Barnabas. Saya senang karena dalam bab-bab yang ada, kedua Rasul Kristus ini dijelaskan dengan sisi yang manusiawi. Misalnya, Paulus seringkali digambarkan sebagai seseorang dengan kepribadian yang keras, galak, super kolerik. Namun, Charles Robertson, sang penulis, menggambarkan sisi praktis pribadi Paulus.
Sama seperti Yesaya yang menjawab, “Ini aku, utuslah aku,” Paulus dalam Kisah Para Rasul dan surat-suratnya, berkomitmen penuh akan jati diri baru yang diberikan Allah, yaitu sebagai utusan injil.
Buku ini juga membuka mata kita kepada Yusuf, yang dikenal dengan sebutan Barnabas oleh para rasul. Barnabas berarti “son of comfort” atau “son of encouragement”, dan ini menjelaskan mengapa ia membuka jalan bagi Paulus untuk dapat diterima di tengah-tengah murid Yesus. Kalau ia bukanlah seseorang yang hangat, penuh belas kasihan, dan memiliki altruisme tinggi, tidaklah mungkin murid-murid mau bergaul dengan Paulus. Dapat kita bayangkan bagaimana keraguan, ketakutan, dan mungkin juga kecurigaan murid-murid Yesus ketika didekati Saulus, sang pengejar dan penyiksa pengikut Kristus.
Kita juga dapat memahami ketika Barnabas ingin memberikan kesempatan pada Yohanes Markus, yang telah beberapa kali mengecewakan para pelayan Tuhan. Demikian juga dari sisi Paulus, kita akhirnya mengerti mengapa Paulus enggan membawa Yohanes Markus dalam perjalanan mereka. Sehingga konflik Paulus dan Barnabas dalam Kisah Para Rasul 15 juga sangat dapat dipahami. Menariknya, konflik yang ada tidak menimbulkan perpecahan dan pertengkaran, tapi sebaliknya menjadi sebuah pengembangan pelayanan. Mereka tidak mundur karena berbeda pendekatan dalam pelayanan, tapi berusaha mengubah strategi pelayanan mereka. That’s it. Saya yakin, para pelayan Tuhan akan sangat terberkati ketika membaca buku Barnabas vs Paul. Perjalanan kedua rasul besar ini dibawakan dengan bahasa yang mudah dicerna dan dengan alur yang memudahkan pembaca untuk mengerti maksud penulis. Two thumbs up. Sungguh saya bersyukur diberikan kesempatan membaca buku ini.