Christlikeness Movement (C-Movement) adalah sebuah gerakan untuk menjadi serupa Kristus yang diadakan di GKY BSD sejak 2024. Ini bukanlah sebuah program yang selesai dalam setahun, tapi merupakan perjalanan panjang. Sebab Christlikeness adalah perjalanan seumur hidup.


Nafiri berbincang dengan Pdt. Tommy Elim sebagai gembala GKY BSD untuk membahas lebih mendalam tentang Christlikeness tahap kedua yang dimulai pada Februari 2025.
Mengapa ada Christlikeness tahap kedua?
Karena journey yang panjangnya minimal tiga tahun ini, maka perlu dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama sebagai pondasi dasar untuk menjabarkan konsep Christlikeness yang diawali dengan Christian worldview tentang penciptaan, kejatuhan, pengudusan, dan seterusnya. Di tahap kedua (2025) berlanjut mengenai bangunannya, yakni The Jesus Way. Tahun ketiga nanti akan masuk tentang bagaimana murid-murid Yesus dengan karakternya masing-masing berinteraksi dalam proses Christlikeness ini.
Apa sasaran Christlikeness tahap kedua?
Saya ingin jemaat melihat hidup Yesus dan jalan yang harus kita tempuh seperti apa, dan “bertumbuh” adalah bagian yang sangat penting.
Di tahap kedua ini ada sub judulnya: The Jesus Way. Yesus mau datang sebagai manusia dan hidup selama 33,5 tahun sebenarnya karena Ia ingin menunjukkan bagaimana Ia hidup sama seperti kita manusia. Hidup kita juga harus melihat bagaimana Yesus berinteraksi dalam kehidupan-Nya sehari-hari. Ini akan menjadi sebuah pola sehingga kita akan belajar tentang hidup Yesus. Dalam khotbah saya pada 2 Maret 2025, kita belajar bagaimana masa kecil Yesus yang adalah seperti masa kecil kita juga.
Apakah hasil dari tahap pertama kurang memuaskan sehingga ada tahap kedua?
Dalam hal ini bukan soal level kepuasan, tapi ini berkaitan dengan C-Movement. Seperti halnya orang tua terhadap anaknya, level memuaskan itu berbeda karena tiap-tiap anak berbeda. Dalam kehidupan berjemaat juga ada karakter dan level kerohanian berbeda-beda. Dari hasil survei Christlikeness pada akhir 2024, jika ada jemaat jujur berkata bahwa ia hanya melakukan latihan rohani sekali-sekali saja, bagi saya, ini sudah bagus. Artinya ada pertumbuhan dari sebelumnya. Ada sisi kepuasannya, tetapi sebagai orang tua rohani saya akan mendorong jemaat untuk bertumbuh lebih lagi menjadi serupa Kristus.
Seperti apa isi Christlikeness tahap kedua?
Fokus melihat hidup Yesus itu seperti apa. Bagaimana Yesus menghadapi orang tertentu, mengajar, menghadapi penderitaan, melihat nilai/ arti hidup. Jadi dimensinya berkaitan dengan Yesus yang akan dieksplorasi; focus on Christ.
Bagaimana caranya supaya jemaat tidak bosan dan mencapai sasaran?
Saya menyadari kadangkala gereja terpaku pada aktivitas atau program oriented. Cara apa yang membuat supaya jemaat selalu bersemangat? Di atas segala cara yang lain, saya ingin memastikan bagaimana jemaat bisa mengalami The Jesus Way. Jika bisa mengalaminya, hal ini akan menjadi kekuatan dari dalam dan bisa konsisten.
Saya hanya bisa mengarahkan agar jemaat mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan dalam hidup mereka. Perlu juga ada pemompa semangat – hal ini akan dipikirkan lebih lanjut – mungkin akan diadakan retreat keluarga, kebaktian padang, atau hal lain. Di sisi lain perlu meningkatkan gaung melalui media sosial. Saya sangat berharap anak muda di gereja kita bisa banyak yang terlibat. Saya menantikan masukan positif dan ide-ide kreatif untuk membuat semuanya bersemangat.
Dari evaluasi Christlikeness tahap pertama, apa hal yang paling penting untuk dikerjakan di tahap kedua?
Kita sedang membentuk kebiasaan supaya jemaat melakukan latihan rohani. Saya merasa kita cukup lama menjadi orang Kristen, ke gereja, ikut seminar bertahun-tahun, tapi apa yang dilakukan itu hanya mengisi kognitif dengan pengetahuan tentang Allah. Padahal proses internalisasi dari pengetahuan menjadi pengetahuan yang menyentuh hati, membentuk hati dan hidup itu masih belum terbentuk kulturnya, belum terarah dalam mengajak jemaat masuk ke situ.
Bicara tentang Christlikeness, saya ingin kultur yang konsisten terbentuk dalam diri jemaat. Sehingga suatu hari jemaat dalam merespon, melakukan, berpikir dan melihat bentuk pola Christlikeness. Seperti kisah tentang anak yang hilang, sang ayah bisa menyikapi kedua anaknya dengan kacamata yang benar, itu adalah culture. Culture akan membuat kita lebih panjang sabar terhadap pertumbuhan rohani seseorang, bisa menerima dan memahami kegagalan orang lain atau diri sendiri. Jika tidak, maka kita akan menyikapi kesuksesan secara keliru, menyikapi kegagalan dengan frustrasi, karena kita tidak mempunyai cara pandang yang baik.
Instrumennya bisa dengan latihan rohani, ikut CGF, doa Rabu, doa Sabtu, dan merenungkan ulang bahan khotbah yang dipublikasikan. Bahan CGF tahun ini merupakan kelanjutan dari khotbah Minggu, diinternalisasi sehingga lebih aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
Bagaimana cara mengukur tahap-tahap ini telah mencapai sasaran yang diharapkan?
Dari sharing jemaat, saya bisa melihat cara berpikir seseorang sudah berubah atau belum. Kerinduan untuk ikut CGF, atau bisa melalui evaluasi dari kuesioner, bertumbuh dalam pemikiran, pengontrolan diri, dan komitmen. Ada satu pertanyaan penting dalam kuesioner Christlikeness tahap pertama: “Menurut orang di sekelilingmu, apakah kamu sudah berubah?” Dari hasil kuesioner, saya cukup puas. Menjadi sebuah sukacita karena Tuhan memberkati apa yang kita lakukan. Jika kita setia dan benar, maka akan ada hasilnya karena Tuhan akan memberkati.
Apakah Mushi Tommy bisa menceritakan tentang feedback dari tahap pertama yang sudah selesai?
“Kita benar-benar butuh C-Movement.” Demikian pernyataan seorang jemaat pada suatu hari saat dihadapkan pada situasi tegang. Hal itu membuat saya senang karena melihat Tuhan sudah bekerja dalam diri jemaat. Ada lagi feedback jemaat yang merasakan campur tangan Tuhan dalam kehidupannya saat menjalani C-Movement. Saya hanya menabur, biarlah Roh Tuhan yang bekerja menumbuhkan. Jangan sampai gereja hanya menjadi perkumpulan saja. Gereja harus mengalami pengalaman perubahan rohani secara terus menerus.
(Seperti disampaikan oleh Pdt. Tommy Elim kepada Lislianty Lahmudin)
***
No Comment! Be the first one.