Ketika Israel menghujani Iran dengan rudal pada Juni 2025, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara khusus melakukan siaran langsung yang ditujukan kepada rakyat Iran. Dalam bahasa Inggris yang fasih ia menyampaikan bahwa serangan bertubi-tubi yang sedang terjadi bukan ditujukan kepada rakyat Iran, melainkan kepada petinggi militer maupun politik di negara itu. Ia menegaskan Israel tetap bersahabat dengan rakyat Iran dan berharap hubungan baik yang telah terjalin lama tetap terjaga dan bahkan berharap akan semakin baik bila kelak terjadi pergantian rezim di Iran.
Mungkin pidato ini terdengar “aneh” bagi telinga sebagian orang. Bukankah Iran dan Israel adalah musuh bebuyutan, terutama sejak 1979 ketika Khomeini berkuasa menggantikan Reza Pahlavi, raja terakhir Iran? Bagaimana mungkin Netanyahu mengatakan bahwa rakyat kedua negara memiliki hubungan yang hangat?
Ia rupanya merujuk pada waktu yang sangat jauh ke belakang, tatkala penguasa Iran menjadi sahabat, bahkan pelindung orang Yahudi. Namun, kapankah itu?
Persia, Imperium Terbesar dan Raja Pilihan Tuhan
Merujuk pada catatan bangsa Yunani, Iran di masa lalu dikenal sebagai Persia dengan bahasa Farsi sebagai bahasa utamanya. Ketika Cyrus Agung – raja pertama Persia – bertakhta, orang Israel (Yehuda) adalah bangsa jajahan yang terbuang. Sebelumnya, pada 587/ 586 SM, Yerusalem, ibukota Kerajaan Yehuda, dihancurkan oleh Nebukadnezar, raja Babel. Kerajaan Yehuda runtuh dan penduduknya diangkut ke Babilonia dan kota-kota jajahan lainnya.


Ketika kemudian Persia (Dinasti Achimenes) mengalahkan Babel pada 539 SM, maka “majikan” pun berpindah tangan. Orang Israel kini menjadi budak bangsa Persia. Berbeda dengan Nebukadnezar, Cyrus Agung yang dalam perjanjian lama disebut Kores, adalah raja yang dikenal sangat bijaksana. Bahkan, Nabi Yesaya menulis tentangnya seperti ini: “Beginilah firman Tuhan: Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi, kepada Kores yang tangan kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di hadapannya dan melucuti raja-raja, supaya Aku membuka pintu-pintu di hadapannya dan supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup:” (Yesaya 45:1).
Mungkin hanya Kores satu-satunya raja non-Israel yang diurapi dan dituntun Tuhan untuk menundukkan bangsa-bangsa! Peninggalan Kores yang paling monumental adalah Silinder Kores (Cyrus Cylinder) yang berisi tulisan dengan aksara paku Akkadia, bahasa yang umum digunakan di daerah Mesopotamia.
Selain memproklamirkan kemenangan Persia atas kerajaan besar Babel, tulisan dalam silinder tersebut berisi semacam dekrit yang menyatakan pembebasan kepada bangsa-bangsa terjajah, termasuk orang Yahudi. Mereka diperkenankan pulang dari pembuangan dan kembali ke tanah air dan membangun kembali rumah ibadah. Dokumen tersebut sering dijuluki sebagai piagam hak asasi manusia pertama, walau masih diperdebatkan oleh para sejarawan.


Pada masa Kores dan para penggantinya, dunia kuno dipersatukan dalam Kekaisaran Persia Raya. Pada puncak kejayaannya, kekuasaan Persia Raya membentang dari Balkan di barat hingga Lembah Indus di timur, dari Mesir di selatan hingga Laut Kaspia di utara. Berbagai bangsa di wilayahnya hidup dalam ketenangan karena mereka memperoleh otonomi yang luas, tetap boleh hidup dalam tradisi dan agama masing-masing. Jalan-jalan raya dibangun untuk menyatukan kekaisaran yang luas dan untuk pertama kalinya sistem pos yang efisien dibentuk, mempercepat komunikasi dan mendorong kemajuan ekonomi yang pesat.


Kendati sudah ada dekrit pembebasan, tidak semua orang Yahudi kembali ke tanah airnya. Setelah 70 tahun dalam pengasingan, mereka telah beranak-pinak dan sebagian sudah meniti kehidupan yang layak di perantauan. Perjanjian Lama memuat banyak tokoh Alkitab di tanah asing yang dipakai Tuhan untuk menyatakan rencana-Nya.
Inilah kiprah beberapa di antara mereka yang hidup, berkarya, dan bahkan mencapai titik tertinggi dalam strata masyarakat di ibukota Persia, beserta kisah raja-raja Persia yang sezaman.
Daniel, Sang Penafsir Mimpi dan Juru Nubuat
Daniel dan kawan-kawannya adalah generasi pertama Israel yang diangkut ke pembuangan. Saat itu usianya masih sangat muda, mungkin awal belasan. Keunggulan fisik dan intelektual membuat ia ditempatkan sebagai pegawai istana pilihan. Kehidupan Daniel membentang sejak masa Nebukadnezar (Babel) sampai masa Kores (Persia). Imannya yang teguh kepada Tuhan dan kemampuannya menafsirkan mimpi para raja adalah warisan yang menginspirasi dan menguatkan umat Tuhan di segala zaman.
“Penglihatan” Daniel akan masa depan yang sangat akurat sungguh mencengangkan. Dengan tepat ia menubuatkan kejatuhan Babel dan kebangkitan Persia, disusul kejatuhan Persia dan kebangkitan Yunani, bahkan lebih jauh lagi kebangkitan Romawi menggantikan Yunani.
Tentang Mesias yang akan datang lebih dari 500 tahun setelahnya, Daniel bertutur: “Kepadanya diberikan kekuasaan dan kemuliaan, serta kedudukan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya kerajaan yang tidak akan musnah.” (Daniel 7:14).


Daniel mengabdi kepada penguasa Babel kemudian Persia sampai masa tuanya. Saat ini ada beberapa kota di Iran dan Irak yang mengklaim sebagai lokasi makam Daniel, tapi menurut tradisi lokal, yang paling besar dan terkenal adalah di Susa, Iran. Hingga kini Susa menjadi situs ziarah umat Kristen, Islam, dan Yahudi.


Ester, Ratu Persia Penyelamat Bangsa
Ester, yang nama Yahudinya Hadasa, hidup pada masa Raja Xerxes 1 (memerintah 485-465 SM). Dalam Alkitab, Xerxes disebut Ahasyweros, anak dari Raja Darius, salah satu raja terbesar Persia. Di masa Darius, sebuah istana yang sangat megah didirikan di kota Susa (Susan). Ketika Ahasyweros berkuasa, ia pun memerintah dari istana baru di Susan.
Kisah kehidupan Ester di istana raja begitu dramatis. Dari gadis sederhana yatim piatu menjadi ratu Persia, isteri yang paling dikasihi oleh Ahasyweros. Ester bersama Mordekhai, yang merupakan sepupu dan walinya, menyelamatkan bangsa Yahudi dari genosida akibat konspirasi jahat Haman dan komplotannya.
Raja Xerxes yang dikenal di masa kini karena film “300” benar-benar sangat mencintai Ester yang cantik dan pintar. Ia memenuhi apa pun permintaan Ester, termasuk mencabut dekrit pemusnahan orang Yahudi dan kemudian sebaliknya, menghukum mati Haman dan seluruh keluarganya. Sampai saat ini orang Yahudi merayakan Hari Raya Purim pada bulan Februari atau Maret setiap tahun untuk mengenang pembebasan atas rencana pembantaian terhadap mereka. Kitab Ester biasanya dibacakan dalam acara perayaan tersebut.


Ester hidup di istana raja sampai masa tuanya. Menurut tradisi lokal, Ester dimakamkan di sebuah makam megah di Hamedan, Iran, bersebelahan dengan makam Mordekhai.


Nehemia dan Ezra, Pembangun Tembok Yerusalem dan Penjaga Iman
Ada yang menganggap Nehemia dan Ezra adalah orang yang sama. Namun, kenyataannya, mereka adalah dua orang berbeda. Ezra adalah imam yang memimpin kembalinya orang Yahudi ke Yerusalem. Ia punya komitmen kuat menjaga kekudusan dan kemurnian ibadah sesuai taurat Musa. Sedangkan Nehemia adalah pejabat di istana Persia yang kemudian menjadi Gubernur Yudea, memimpin warga Israel mendirikan tembok kota yang telah runtuh.
Nehemia awalnya adalah juru minuman raja Artaxerxes I (anak dari Xerxes). Pada 444 SM, Artaxerxes I (nama di Alkitab: Artahsasta) mengizinkan Nehemia pergi ke Yerusalem untuk turut membangun tembok kota. Tak tanggung-tanggung, Nehemia dibekali uang, bahan bangunan, dan pasukan berkuda untuk menjaganya. Masih belum cukup, Nehemia diangkat menjadi Gubernur Yudea agar tak ada gangguan dalam proses pembangunan tembok Yerusalem. Kemurahan hati raja Artahsasta memungkinkan Nehemia menyelesaikan pembangunan tembok hanya dalam 52 hari, kendati banyak gangguan dan penolakan dari masyarakat yang menentang, seperti Sambalat, Gubernur Samaria.


Nehemia dan Ezra adalah contoh terbaik kerja sama antara agamawan dan awam dalam menyelesaikan proyek fisik, maupun memulihkan kehidupan keagamaan dan sosial di Yerusalem.


Kekristenan di Iran Masa Kini
Menilik peran para raja Persia di zaman kuno dalam menjaga kelangsungan hidup umat Allah, maka tak heran Netanyahu – yang bagi sebagian orang dikenal sebagai perdana menteri Israel paling radikal – menyediakan waktu khusus berbicara dengan rakyat Iran dan meyakinkan mereka bahwa Israel tetap menjadi sahabat rakyat Iran.
Sebagai umat Kristen tentu kita juga berharap ada kebangunan rohani di negara totaliter yang sedang terpuruk karena perang dan embargo berkepanjangan. Open Doors, organisasi misi Kristen, menyatakan bahwa Iran adalah salah satu negara paling tertutup terhadap Injil. Namun, Iran juga adalah salah satu negara dengan peningkatan jumlah orang kisten terbanyak di dunia.
Lebih banyak orang asli Iran yang menjadi Kristen dalam 43 tahun terakhir ketimbang 13 abad sebelumnya. Bila pada 1979 hanya ada sekitar 500 orang Iran yang beragama Kristen, maka Open Doors memperkirakan ada sekitar 800 ribu orang Kristen di sana. Bahkan, sejumlah studi independen memperkirakan angkanya mendekati satu juta orang, karena memperhitungkan jemaat gereja bawah tanah. Walaupun mengalami persekusi dan tantangan berat, tapi setiap hari selalu ada jemaat baru yang bergabung.
Tak ada yang dapat menduga kondisi Iran di masa depan. Namun, kita berharap seperti Raja Cyrus Agung yang diurapi dan dituntun Allah, maka Ia akan menuntun pula keturunan Cyrus Agung di masa kini yang sebagian besar berjalan dalam lorong gelap yang panjang di negaranya.


(Photo credit should read ATTA KENARE/AFP via Getty Images)
No Comment! Be the first one.