Ketika Dunia Menjadikannya Transaksi
Penulis: Alvina Tambunan
Di tengah dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa, cinta sering kali dipandang bukan sebagai sesuatu yang sejati, tetapi sebagai transaksi. Banyak orang, termasuk anak muda Kristen, tanpa sadar mengikuti pola pikir ini. Cinta diukur berdasarkan apa yang bisa didapatkan, bukan apa yang bisa diberikan. Jika seseorang merasa tidak lagi mendapatkan keuntungan emosional, finansial, atau bahkan sosial dari suatu hubungan, maka cinta dianggap tidak lagi bernilai dan harus ditinggalkan.
Cinta yang Dikotori oleh Dosa
Sejak manusia jatuh dalam dosa, hubungan antar sesama pun ikut tercemar. Manusia tidak lagi mencintai dengan kasih yang tulus, tetapi dengan kasih yang dipenuhi ekspektasi dan syarat. Banyak orang hanya mau mencintai jika mereka dicintai kembali. Lebih dari itu, cinta seringkali dipandang sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan pribadi, bukan sebagai panggilan untuk mengasihi tanpa pamrih.
Dalam dunia yang penuh dengan keegoisan, cinta menjadi ajang tawar-menawar. “Aku akan mengasihimu jika kamu memperlakukanku dengan baik.” “Aku akan tetap bersamamu jika kamu bisa memenuhi kebutuhanku.” Inilah realitas dunia yang menjadikan cinta sebagai kontrak, bukan sebagai anugerah.
Mengapa Anak Muda Kristen Terjebak dalam Pola Ini?
Banyak anak muda Kristen yang, sadar atau tidak, ikut terbawa oleh cara dunia melihat cinta. Media, budaya populer, dan lingkungan sering kali membentuk pola pikir bahwa cinta itu menyakitkan, membuat rugi, dan pada akhirnya tidak layak untuk diperjuangkan. Tidak sedikit yang menjadi skeptis terhadap cinta, karena pengalaman pahit atau karena melihat hubungan di sekitar mereka yang dipenuhi kepalsuan dan kekecewaan.
Mereka mungkin berkata, “Lebih baik tidak mencintai daripada terluka.” Mereka takut mengasihi dengan tulus karena takut tidak mendapatkan balasan yang sama. Mereka menjadi ragu apakah cinta yang sejati benar-benar ada, atau apakah itu hanya ilusi yang diciptakan oleh dongeng dan film romantis.
Kasih Yesus: Cinta yang Sejati dan Tak Bersyarat
Di tengah kekacauan ini, hanya ada satu kasih yang tetap benar dan murni: kasih Kristus. Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa kasih sejati bukanlah tentang apa yang bisa kita dapatkan, tetapi tentang apa yang bisa kita berikan. 1 Yohanes 4:10 berkata, “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.”
Yesus menunjukkan kasih yang tidak bersyarat. Ia tidak menunggu kita menjadi layak sebelum mengasihi kita. “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Roma 5:8). Kasih-Nya tidak berdasarkan transaksi, tetapi berdasarkan anugerah.
Sebagai anak-anak Tuhan, kita dipanggil untuk mencintai seperti Kristus. Efesus 5:1-2 berkata, “Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.”
Belajar Mencintai dengan Cara Tuhan
Mengikuti Kristus berarti belajar mencintai dengan cara-Nya. Cinta sejati bukan tentang mencari keuntungan, tetapi tentang memberi tanpa pamrih. Ketika dunia berkata bahwa mencintai itu merugikan, Tuhan berkata bahwa mencintai adalah perintah (Yohanes 13:34-35). Ketika dunia berkata bahwa mencintai itu menyakitkan, Tuhan mengajarkan bahwa kasih sejati justru menyembuhkan dan membebaskan.


Sebagai anak muda Kristen, kita perlu melepaskan pandangan dunia yang melihat cinta sebagai transaksi dan menggantinya dengan kasih yang berdasarkan kebenaran. Kasih yang sejati tidak takut memberi, tidak takut berkorban, dan tidak takut tetap mengasihi meskipun tidak mendapat balasan yang diharapkan. Sebab, kita tidak mengasihi untuk mendapatkan sesuatu, tetapi karena kita telah lebih dulu dikasihi oleh Dia yang adalah sumber segala kasih.
“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” (1 Korintus 13:13).
No Comment! Be the first one.